Join The Community

Selasa, 07 Desember 2010

Five On Ichi B

Cae Rin POV
Aku merupakan mahasiswi baru di salah satu Universitas Internasional yang terkenal di kota Seoul. Pagi ini aku berangkat naik sepeda dengan perasaan senang Senang akan bertemu dengan teman-teman baruku, guru baru, dan pastinya melihat kelas baru. Saat memasukki gerbang kampus aku merasa sedikit asing dengan suasana kampus. Di kampus itu aku tidak hanya bertemu dengan orang-orang yang senegaraku. Tetapi aku juga melihat orang-orang asing dari beberapa negara. Maklum saja, karena universitasku merupakan salah satu universitas Internasional makanya banyak orang berkumpul dari berbagai negara untuk menuntut ilmu disini. Dan karena itulah disini kami menggunakan bahasa Internasional yaitu Bahasa Inggris.
Aku merupakan mahasiswi baru dari jurusan Sistem Informasi kelas 1B. Orang-orang yang berada di kelas itu sedikit banyak aku telah mengenalnya. Karena pada waktu pelatihan mahasiswa baru kami telah saling berkenalan. Saat aku akan masuk kelas ada seseorang yang menyapaku, “Ohayou gozaimasu, Cae Rin san!!”
Aku berbalik mencari asal suara itu dan ah.. ternyata Yuri Arashi. Dia merupakan mahasiswi yang berasal dari Jepang. Yuri berkulit putih dan agak sipit. Dia seorang yang bertutur lembut dan sopan serta sangat feminin. Perawakannya mendekati sosok seorang ibu teladan. Karena disamping dia lemah lembut, dia juga sangat rajin dan pandai memasak. Tidak salah juga dia menyukai pelajaran akuntansi yang mana akan digunakan untuk mengatur keuangan di masa mendatang saat menjadi seorang ibu.
“ Ohayou gozaimasu!”, jawabku sambil tersenyum.
“ Kemana teman-teman? Apa mereka belum datang?”
“ A...”
“TOLONG AKU.....” terlihat seseorang dari kejauhan sedang berlari ke arah kami sambil berteriak seolah-olah dia sedang dalam bahaya. Tapi sayang aku dan Yuri sama sekali tidak mengerti apa yang dia katakan karena dia menggunakan bahasa yang asing di telinga kami. Bahasa yang ia gunakan adalah Bahasa Indonesia.
Iya, orang berjilbab yang sedang berlari ke arah kami adalah mahasiswi dari Indonesia. Dia bernama Gamma Nikmatul. Namanya seperti sebuah lambang yang sering kita dengar di Fisika. Tetapi dia adalah orang yang sangat membenci semua pelajaran mengenai hitungan (sangat berbeda jauh dari namanya -_-“). Dia orang yang berperawakan besar alias gendut dan suka makan. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana kewalahan orang tuanya saat mengurus dia (tapi sungguh aku tidak mau membayangkannya).^^
“Help Me!!”, bersembunyi di belakang punggungku dengan napas tersengal-sengal.
“Ada apa?”, tanyaku.
“Aku dikejar..”
“GAMMA, AWAS KAU!!” datang seseorang dengan aura pembunuh mendekati kami.
“Olif?!”, tanyaku dan Yuka heran
Olif juga merupakan mahasiswi yang berasal dari Indonesia. Nama panjangnya Olif Habibah. Dia dengan Gamma berada dalam satu apartemen dan sama-sama berjilbab. Dia orang dengan perawakan kecil tinggi. Olif tipe orang yang cerewet. Dia bisa bercerita panjang lebar tentang budaya negaranya tanpa lelah. Aku senang ketika bercerita tentang hal seperti itu karena dengan begitu aku bisa menambah wawasanku. Tapi terkadang aku lelah mendengarkannya sehingga aku hanya akan diam dan mengangguk-anggukan kepala seakan aku mendengarkannya.
“Gamma, muntahkan semua makanan yang ada di perutmu”
“Hah??”
“Bagaimana cara memuntahkannya? Apa kau menunggu aku BAB dulu? Kau ikhlaskan sajalah apa yang telah kumakan”.
“APA?? Enak saja kau bicara”.
“Sebenarnya kalian ini kenapa sih? Apa ada masalah besar yang terjadi?”, tanya Yuri dengan nada lembut.
“Ada masalah yang sangat.... besar melebihi gunung Fuji.”, tangannya ikut menggambarkan suasana. “Bayangkan saja Gamma menghabiskan semua makanan yang aku simpan di lemari es dalam waktu semalam. Ini sungguh gila kan! Karena perbuatannya mungkin kami tidak akan makan selama seminggu”.
“Kau tidak perlu pelit begitu, Olif. Di agama kita kan selalu disuruh berbagi dengan lainnya. Lagipula kemarin aku sangat kelaparan. Dan tanpa kusadari semua makanannya telah habis kulahap”, jawabnya tanpa merasa bersalah.
“Kau sungguh tega, Gamma.”, jawab Olif kesal.
“Gamma kau sangat menakutkan. Jangan-jangan kalau semua makanan di dunia ini habis kau akan makan manusia?” tanyaku agak sambil bergidik.
“YOON CAE RIN, AKU INI BUKAN KANIBAL”, ujar Gamma geram sambil memitingku.
“Ah..iya ma’af”, rintihku kesakitan.
“Kalian berisik sekali”, tanya seseorang dari balik pintu kelas.
Aku menengok dan ternyata yang aku lihat adalah mahasiswi dari Kanada. Namanya Rierum Rya. Orangnya hitam berkerudung. Jika dilihat dari penampilannya orang pasti tidak akan percaya dia berasal dari Kanada. Sebenarnya dia blasteran dari Indonesia dan Arab. Ayahnya merupakan orang Indonesia sedangkan ibunya keturunan Arab yang bekerja di Kanada. Setelah menikah mereka menetap di Kanada.
Dia tipe orang yang tidak pernah lepas dari ponsel. Kemanapun dan pada saat apapun dia akan tetap terfokus pada ponsel. Aku kadang berpikir terbuat dari apa tangannya sehingga dia tidak pernah lelah untuk mengetik. Kebiasaanya yang seperti itu kadang membuat orang jengkel. Karena saat diajak bicara pun dia akan tetap terfokus pada ponselnya tanpa memandang lawan bicaranya. Tetapi dia bilang sebenarnya dia tetap memperhatikan apa yang dikatakan lawan bicaranya meskipun dia sedang sibuk dengan ponselnya (entah itu benar atau tidak, tapi sangat meragukan).
“Olif dan Gamma meributkan soal makanan. Katanya Gamma menghabiskan seluruh isi makanan yang ada di lemari es”, jelasku pada Rierum.
“Apa? Ya ampun, kau tidak akan meledak disini kan?”
“Memangnya aku ini apa?”, jawabnya sambil memanyunkan bibirnya dan membuat yang lainnya tertawa termasuk Olif yang dari tadi kesal.
“Uwaa.....” teriak orang-orang seperti sedang melihat sesuatu yang mengagumkan. Kami pun menoleh dan ingin tahu apa yang sedang diteriakkan. Seseorang dengan tubuh tinggi memakai kaos putih yang dipadukan dengan jeans hitam panjang terlihat berjalan menyusuri lorong. Orang itu terlihat tampan dan cute. Sehingga membuat setiap orang yang memandangnya terkagum-kagum. Aku pun mulai memperhatikan dengan seksama siapa orang yang perlahan mendekat ke arah kami itu. Ketika tepat dia melintas di depan kami aku baru sadar ternyata dia...
“ONEW.....”, aku pun spontan langsung berteriak tanpa kusadari dan membuat teman-temanku kaget dan langsung memandangku dengan wajah penuh tanda tanya. Sedangkan orang yang kupanggil namanya langsung menoleh dan melempar senyum padaku.
-TO BE CONTINUED...

0 komentar:

Posting Komentar